Mekanisme nyeri merupakan sebuah mekanisme
fisiologis tubuh. Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya
kerusakan jaringan.
Sel yang rusak akan melepaskan komponen
intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion K+, histamin serotinin, prstaglandin
sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan growth factor.
Beberapa komponen di atas akan langsung
merangsang nosiseptor (nociceptor activators) dan komponen lainnya akan
menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsangan
berikutnya (nociceptor sensitizers).
Komponen
sensitisasi, misalnya prostaglandin E2 akan mereduksi ambang
aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan
pada reseptor spesifik di nosiseptor.
Nyeri
inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan kerusakan
jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus non noksius atau
noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Nyeri
inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi.
[http://www.psychologymania.com/]
Mekanisme
Nyeri - Mekanisme timbulnya nyeri
didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan
fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural,
dan penurunan inhibisi. Nosisepsi adalah mekanisme yang menimbulkan nyeri nosiseptif
dan terdiri dari proses transduksi, konduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen/nosiseptor mengubah stimulus nyeri menjadi potensial aksi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen/nosiseptor mengubah stimulus nyeri menjadi potensial aksi.
Konduksi
adalah proses penghantaran/penjalaran impuls melalui serabut saraf penghantar
nyeri sampai ke kornu dorsalis medula spinalis, dan dari kornu dorsalis ke
otak.
Transmisi
adalah proses penghantaran impuls melewati sinaps dari neuron orde pertama ke
neuron orde kedua pada jalur sensorik yang terjadi di kornu dorsalis medula
spinalis. Proses ini melibatkan pelepasan neurotransmiter dari neuron presinaps
ke neuron post sinaps.
Modulasi
adalah proses amplifikasi atau inhibisi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian
reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis.
Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks
frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan
medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses
inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal
nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi
nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari
interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan
karakteristik individu lainnya. Keempat proses ini dikaitkan satu sama lain
dalam teori “gate control”
Teori “gate control” merupakan model modulasi nyeri yang populer. Teori ini menyatakan eksistensi dari kemampuan endogen untuk mengurangi dan meningkatkan derajat perasaan nyeri melalui modulasi impuls yang masuk pada kornu dorsalis melalui “gate” (gerbang). Berdasarkan sinyal dari sistem asendens dan desendens maka input akan ditimbang. Integrasi semua input dari neuron sensorik, yaitu pada level medula spinalis yang sesuai, dan ketentuan apakah “gate akan menutup atau membuka, akan meningkatkan atau mengurangi intensitas nyeri asendens. Teori “gate control” ini mengakomodir variabel psikologis dalam persepsi nyeri, termasuk motivasi untuk bebas dari nyeri, dan peranan pikiran, emosi, dan reaksi stress dalam meningkatkan atau menurunkan sensasi nyeri. Memalui model ini, dapat dimengerti bahwa nyeri dapat dikontrol oleh manipulasi farmakologis maupun intervensi psikologis (Meliala, 2004 & painedu.org, 2008).
Teori “gate control” merupakan model modulasi nyeri yang populer. Teori ini menyatakan eksistensi dari kemampuan endogen untuk mengurangi dan meningkatkan derajat perasaan nyeri melalui modulasi impuls yang masuk pada kornu dorsalis melalui “gate” (gerbang). Berdasarkan sinyal dari sistem asendens dan desendens maka input akan ditimbang. Integrasi semua input dari neuron sensorik, yaitu pada level medula spinalis yang sesuai, dan ketentuan apakah “gate akan menutup atau membuka, akan meningkatkan atau mengurangi intensitas nyeri asendens. Teori “gate control” ini mengakomodir variabel psikologis dalam persepsi nyeri, termasuk motivasi untuk bebas dari nyeri, dan peranan pikiran, emosi, dan reaksi stress dalam meningkatkan atau menurunkan sensasi nyeri. Memalui model ini, dapat dimengerti bahwa nyeri dapat dikontrol oleh manipulasi farmakologis maupun intervensi psikologis (Meliala, 2004 & painedu.org, 2008).
Tindakan
Non Farmakologis.
1. Penanganan
fisik/stimulasi fisik meliputi :
ü Stimulasi kulit
Massase
kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan
masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga
mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Termasuk menggosok kulit.
ü Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.
ü Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.
ü Relaksasi.
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
ü Gate
Control dan Masase Kutanus.
Teori gate control nyeri bertujuan menstimulasi serabut-serabut
yamg menstransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi,
impuls nyeri. Beberapa strategi penghilang nyeri nonfarmakologis. Termasuk
menggosok kulit dan menggunakan panas dan dingin, adalah berdasarkan mekanisme
ini.
Masase adalah stimulasi kuteneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi
reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui
sistem control desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase
membuat relaksasi otot.
ü Terapi
Es dan Panas.
Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri
yang efektif pada beberapa keadaan, namun begitu, keefektifannya dan mekanisme
kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas
bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-noniseptor) dalam
reseptor yang sama seperti pada cedera.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain [ada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat
cedera segera setelah cedera terjadi.
Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatakan aliran darah
ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan. Namun demikian, menggunakan panas kering dengan lampu pemanas
tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas kering dan lembab
kemungkinan memberi analgesia tetapi penelitian tambahan diperlukan untuk
memahami mekanisme kerjanya dan indikasi penggunaannya yang sesuai. Baik terapi
es maupun panas harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat
untuk menghindari cedera kulit.
ü Stimulasi
Saraf Elektris Transkutan.
Salah satu pemikiran adalah cara ini
bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus
listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar. Stimulasi saraf transkutan (TENS) menggunakan unit yang
dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk
menghasilkan sensasi kesemutan , menggetar atau menegung pada area nyeri. TENS
telah digunakan baik pada nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat menurunkan
nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area yang
sama seperti pada serabut yang menstrasmisikan nyeri. Mekanisme ini sesuai
dengan teori nyeri gate control. Reseptor tidak nyeri diduga memblok transmisi
sinyal nyeri ke otak pada jaras asendens saraf pusat.
ü Distraksi.
Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selai pada nyeri, dapat menjadi stategi yang sangat berhasil dan
mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif efektif
lainnya ( Arntz dkk., 1991; Devine dkk., 1990).
ü Imajinasi
Terbimbing.
ü Hipnotis.
0 komentar:
Posting Komentar